Husain bin ‘Alī bin Abī Thālib (Bahasa Arab: حسين بن علي بن أﺑﻲ طالب) (3 Sya‘bān 4 H - 10 Muharram 61 H; 8 Januari 626 - 10 Oktober 680 AD) adalah cucu dari Nabi Muhammad yang merupakan putra dari Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Husain merupakan Imam ketiga bagi kebanyakan sekte Syi'ah, dan Imam kedua bagi yang lain. Ia dihormati oleh Sunni karena ia merupakan Ahlul Bait. Ia juga sangat dihormati kaum Sufi karena menjadi Waliy Mursyid yang ke 2 setelah ayahanda beliau terutama bagi tarekat Qadiriyyah di seluruh dunia dan tarekat Alawiyyah di Hadramaut.
Ia terbunuh sebagai syahid pada Pertempuran Karbala tahun 680 Masehi. Perayaan kesyahidannya disebut sebagai Hari Asyura dan pada hari itu kaum Muslim Syi'ah bersedih.
Kelahiran
Husain dilahirkan tiga tahun setelah Hijrah ke Madinah (626 M), orang tuanya adalah Ali, sepupu Muhammad dan orang kepercayaannya, dan Fatimah, putri Muhammad. Husain adalah cucu kedua Muhammad.
Keturunan
Al-Husain memiliki 4 orang putra dan 2 orang putri, diantaranya adalah:[1]
1. Ali bin Husain al-Akbar
Dijuluki Abu Muhammad bergelar Zainal Abidin mempunyai 3 orang putra :
1. Zaid
2. Umar dengan laqob Al Asyraf yang berputra :
1. Ali yang berputra :
1. Al Qasim yang berputra :
1. Muhammad dengan laqob Shahibut Thaliqan
3. Muhammad bergelar Al Baqir berputra 1 orang :
1. Jafar dengan laqob As Shodiq yang berputra 5 orang :
1. Ismail
2. Musa yang dijuluki Al Kadzim berputra :
1. Ali dengan laqob Ar Ridha yang berputra :
1. Muhammad bergelar At Taqiy
3. Muhammad yang dijuluki Ad Dibaj yang berputra :
1. Ali yang berputra :
1. Abdul Aziz Syah, Sultan Perlak (Aceh) I
4. Ali bergelar Al Uraidhi yang berputra :
1. Muhammad yang berputra :
1. Isa yang berputra 2 orang :
1. Muhammad
2. Ahmad bergelar Al Muhajir
5. Ishaq bergelar Al Mu'tamin
1. Ali bin Husain al-Asghar
Syahid bersama ayahnya pada Pertempuran Karbala. Ibunya bernama Laila binti Abu Murrah bin Urwah bin Mas'ud ats-Tsaqafi
2. Ja'far bin Husain
Ibunya dari suku Quda'ah. Ja'far meninggal pada saat Husain masih hidup
3. Abdullah bin Husain
Syahid saat masih bayi bersama ayahnya.
Putri
1. Sukainah binti Husain
Ibunya bernama Rabab binti Imru' al-Qais bin Adi dari Kalb dari Ma'd. Rabab juga ibut dari Abdullah bin Husain.
2. Fatimah binti Husain
Ibunya bernama Umm Ishaq binti Thalhah bin Ubaidillah dari Taim
Tanggal 10 Muharram 61 H atau tanggal 10 Oktober 680 merupakan hari pertempuran Karbala yang terjadi di Karbala, Iraq sekarang. Pertempuran ini terjadi antara pasukan Bani Hasyim yang dipimpin oleh Husain bin Ali beranggotakan sekitar 70-an orang melawan pasukan Bani Umayyah yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad, atas perintah Yazid bin Muawiyah, khalifah Umayyah saat itu.
Pada hari itu hampir semua pasukan Husain bin Ali, termasuk Husain-nya sendiri syahid terbunuh, kecuali pihak perempuan, serta anak Husain yang sakit bernama Ali bin Husain. Kemudian oleh Ibnu Ziyad mereka dibawa menghadap Khalifah di Damaskus, dan kemudian yang selamat dikembalikan ke Madinah.
Selain menjadi Imam yang ke-3 dari 12 Imam bagi Mazhab Dua Belas Imam, al-Husain juga menjadi Wali Mursyid yang ke-2 bagi kaum Sufi terutama tarekat Qadiriyyah. Syekh Abdul Qadir Jailani sendiri ayahanda beliau adalah Hasani sedangkan ibunda beliau Husayni. Tapi garis tarekat ini jelas mengikuti keturunan Ali dari Husain hingga Ali Ridha, kemudian pindah keluar ahlul-bait. Tapi mulai dari Syekh Abdul Qadir Jilani, jabatan Wali Mursyid berikutnya hingga saat ini yang telah mencapai generasi ke 40 (di banyak cabang tarekat) umumnya dipegang kembali oleh keturunan Ahlul Bait baik Hasani maupun Husayni.
markas sholawat
Rabu, 13 Oktober 2010
Selasa, 21 September 2010
sholawat nabi SAAW
Sesungguhnya Allah dengan segala kekuasaan-Nya telah mengutus nabi-Nya Muhammad dan telah memberinya kekhususan dan kemuliaan untuk menyampaikan risalah. Ia telah menjadikannya rahmat bagi seluruh alam dan pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa serta menjadikannya orang yang dapat memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Maka seorang hamba harus taat kepadanya, menghormati dan melaksanakan hak-haknya. Dan di antara hak-haknya adalah Allah mengkhususkan baginya sholawat dan memerintahkan kita untuk itu di dalam kitab-Nya yang agung (Al-Qur’an) dan Sunnah nabi-Nya yang mulia (Hadits). Di mana orang yang yang bersholawat untuknya akan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Maka sungguh berbahagialah orang yang mendapatkan itu. Dan karena masalah ini memiliki urgensi yang sangat besar dan pahala yang besar pula, maka kami merasa perlu untuk mengeluarkan tulisan-tulisan sederhana ini, yang di dalamnya terdapat motivasi untuk memperbanyak sholawat dan salam untuk nabi dan rasul yang paling mulia ini.
Pengertian Sholawat dan Salam atas nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzab: 56)
Ibnu Katsir-Rahimahullah- berkata: “Maksud ayat ini adalah bahwa Allah subhaanahu wa ta’aala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan nabi-Nya (Muhammad) di sisi-Nya di langit di mana malaikat-malaikat bersholawat untuknya, lalu Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan makhluk-makhluk yang ada di bumi untuk bersholawat dan salam untuknya, agar pujian tersebut berkumpul untuknya dari seluruh alam baik yang ada di atas maupun yang ada di bawah.”
Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bersholawat dan salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah dan usahanya, seperti kemuliaan di dunia dan di akhirat.”
Banyak pendapat tentang pengertian Sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, dan yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Sholawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yang bersholawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” -Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shohihnya dengan komentar yang kuat- Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yang bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan dan bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan dan terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang dan bersih dari kekurangan dan dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi dan lebih sempurna. Demikian yang dikatakan oleh Syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.
Hukum Sholawat Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam
Menurut madzhab Hanbaliy, sholawat dalam tasyahhud akhir itu adalah termasuk di antara rukun-rukun sholat.
Al-Qodhi Abu Bakar bin Bakir berkata: “Allah subhaanhu wa ta’aala telah mewajibkan makhluk-Nya untuk bersholawat dan salam untuk nabi-Nya, dan tidak menjadikan itu dalam waktu tertentu saja. Jadi yang wajib adalah hendaklah seseorang memperbanyak sholawat dan salam untuk beliau dan tidak melalaikannya.”
Saat-Saat Yang Disunnahkan dan Dianjurkan Membaca Sholawat dan Salam Untuk Nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam:
Sebelum berdoa:
Fadhalah bin ‘Abid berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa dalam sholatnya, tetapi tidak bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda: “Orang ini tergesa-gesa” Lalu beliau memanggil orang tersebut dan bersabda kepadanya dan kepada yang lainnya:
“Bila salah seorang di antara kalian sholat (berdoa) maka hendaklah ia memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah lalu bersholawat untuk nabi, kemudian berdoa setelah itu dengan apa saja yang ia inginkan.” [H.R. Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dan Hakim]
Dalam salah satu hadits disebutkan:
“Doa itu terhalangi, hingga orang yang berdoa itu bersholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.” [H.R. Thabarani]
Ibnu ‘Atha berkata: “Doa itu memiliki rukun-rukun, sayap-sayap, sebab-sebab dan waktu-waktu. Bila bertepatan dengan rukun-rukunnya maka doa itu menjadi kuat, bila sesuai dengan sayap-sayapnya maka ia akan terbang ke langit, bila sesuai dengan waktu-waktunya maka ia akan beruntung dan bila bertepatan dengan sebab-sebabnya maka ia akan berhasil.”
Adapun rukun-rukunnya adalah menghadirkan hati, perasaan tunduk, ketenangan, kekhusyu’an, dan ketergantungan hati kepada Allah, sayap-sayapnya adalah jujur, waktu-waktunya adalah di saat sahur dan sebab-sebabnya adalah sholawat untuk nabi sollallohu ‘alaihi wa sallam.
Ketika menyebut, mendengar dan menulis nama beliau:
Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Celakalah seseorang yang namaku disebutkan di sisinya lalu ia tidak bersholawat untukku.” [H.R. Tirmidzi dan Hakim]
Memperbanyak sholawat untuknya pada hari Jum’at:
Dari ‘Aus bin ‘Aus berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya di antara hari-hari yang paling afdhal adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat untukku pada hari itu, karena sholawat kalian akan sampai kepadaku......” [R. Abu Daud, Ahmad dan Hakim]
Sholawat untuk nabi ketika menulis surat dan apa yang ditulis setelah Basmalah:
Al-Qodhi ‘Iyadh berkata: “Inilah saat-saat yang tepat untuk bersholawat yang telah banyak dilakukan oleh umat ini tanpa ada yang menentang dan mengingkarinya. Dan tidak pula pada periode-periode awal. Lalu terjadi penambahan pada masa pemerintahan Bani Hasyim -Daulah ‘Abbasiah- lalu diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.”
Dan di antara mereka ada pula yang mengakhiri bukunya dengan sholawat.
Ketika masuk dan keluar mesjid:
Dari Fatimah -Radhiyallahu ‘Anha- berkata: “Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bila anda masuk mesjid, maka ucapkanlah:
”Dengan nama Allah, salam untuk Rasulullah, ya Allah sholawatlah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, ampunilah kami dan mudahkanlah bagi kami pintu-pintu rahmat-Mu.”
“Dan bila keluar dari mesjid maka ucapkanlah itu, tapi (pada penggalan akhir) diganti dengan:
“Dan permudahlah bagi kami pintu-pintu karunia-Mu.” [H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi]
Kamis, 16 September 2010
Pembagian Sholawat
sholawat pada dasarnya dibedakan menjadi DUA yaitu :
SHOLAWAT MA’TSUUROH.
Sholawat Ma’tsuuroh adalah sholawat yang redaksi-nya langsung diajarkan oleh Rosululloh SAW. Salah satu contoh ialah “Sholawat Ibrohimiyah” seperti yang kita baca di dalam tahiyyat-nya sholat.
SHOLAWAT GHOIRU MA’TSUUROH .
Sholawat Ghoiru Ma’tsuuroh adalah Sholawat yang redaksinya disusun oleh selain Baginda Nabi e. Yaitu oleh para Sahabat, para Tabi’iin, para Sholihiin, para Auliyaa, para Ulama dan oleh umumnya orang Islam. Maka tidak aneh bahwa umumnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh itu kalimatnya panjang-panjang, susunan bahasanya disertai kata-kata yang indah-indah, mengexpresikan penghor-matan, pujian dan sanjungan yang romantik sebagai cetusan dari getaran jiwa mahabbah dan syauq (rindu) yang sangat mendalam. Bahkan tidak sedikit yang disusun dengan menggunakan kesasteraan yang tinggi, mengguna-kan kalimat-kalimat yang baligh dalam bentuk nadhom atau syi’ir, sajak dan puisi. Dan disamping sholawat, banyak disertakan do’a-do’a munajat kepada ALLOH, kalimat-kalimat tasyafu’an (memohon syafa’at) kepada Rosululloh e. Hal tersebut untuk menambah ikroman, ta’dhiman dan rasa mahabbah yang semakin mendalam.
Macamnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh banyak sekali dengan nama yang bermacam-macam pula. Ber-puluh, beratus, bahkan beribu-ribu sholawat. ALLOHU A’LAM ! Penamaannya ada yang menggunakan nama Muallifnya, ada yang diberi nama menurut fadlilah / faedah yang terkandung di dalamnya, ada yang diambilkan dari salah satu kalimah di dalamnya, dan lain sebagainya.
Contoh Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh antara lain; Sholawat Munjiyat, Sholawat Nariyyah, Sholawat Bada-wi, Sholawat Badar, Sholawat Burdah, Sholawat Masyi-syiyyah dan masih banyak lagi. Sholawat Wahidiyah ter-masuk Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh. Nama “Wahidiyah” diambil dari salah satu Asma’ul-Husna yang terdapat di dalamnya yaitu sholawat pertama “ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU.”
Sebagian banyak Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh mengan-dung berbagai macam ajaran dan bimbingan yang penting-penting. Ada yang mengandung ajaran bidang akhlaq, bidang adab, ajaran tauhid, ajaran haqiqot, ajaran ma’rifat dan ada juga yang mengan-dung ajaran bidang syari’ah. Misalnya Sholawat Masyisyiyah yang disusun Syekh Abdus Salam bin Masyisy berisi ajaran tauhid (BILLAH), Sholawat Burdah disusun oleh Syekh Muhammad Al-Bushairi mengandung dorongan bathin yang menggugah serta menumbuhkan rasa mahabbah dan syauq (rindu) kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya.
(Berbagai sumber)
SHOLAWAT MA’TSUUROH.
Sholawat Ma’tsuuroh adalah sholawat yang redaksi-nya langsung diajarkan oleh Rosululloh SAW. Salah satu contoh ialah “Sholawat Ibrohimiyah” seperti yang kita baca di dalam tahiyyat-nya sholat.
SHOLAWAT GHOIRU MA’TSUUROH .
Sholawat Ghoiru Ma’tsuuroh adalah Sholawat yang redaksinya disusun oleh selain Baginda Nabi e. Yaitu oleh para Sahabat, para Tabi’iin, para Sholihiin, para Auliyaa, para Ulama dan oleh umumnya orang Islam. Maka tidak aneh bahwa umumnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh itu kalimatnya panjang-panjang, susunan bahasanya disertai kata-kata yang indah-indah, mengexpresikan penghor-matan, pujian dan sanjungan yang romantik sebagai cetusan dari getaran jiwa mahabbah dan syauq (rindu) yang sangat mendalam. Bahkan tidak sedikit yang disusun dengan menggunakan kesasteraan yang tinggi, mengguna-kan kalimat-kalimat yang baligh dalam bentuk nadhom atau syi’ir, sajak dan puisi. Dan disamping sholawat, banyak disertakan do’a-do’a munajat kepada ALLOH, kalimat-kalimat tasyafu’an (memohon syafa’at) kepada Rosululloh e. Hal tersebut untuk menambah ikroman, ta’dhiman dan rasa mahabbah yang semakin mendalam.
Macamnya Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh banyak sekali dengan nama yang bermacam-macam pula. Ber-puluh, beratus, bahkan beribu-ribu sholawat. ALLOHU A’LAM ! Penamaannya ada yang menggunakan nama Muallifnya, ada yang diberi nama menurut fadlilah / faedah yang terkandung di dalamnya, ada yang diambilkan dari salah satu kalimah di dalamnya, dan lain sebagainya.
Contoh Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh antara lain; Sholawat Munjiyat, Sholawat Nariyyah, Sholawat Bada-wi, Sholawat Badar, Sholawat Burdah, Sholawat Masyi-syiyyah dan masih banyak lagi. Sholawat Wahidiyah ter-masuk Sholawat Ghoiruh Ma’tsuroh. Nama “Wahidiyah” diambil dari salah satu Asma’ul-Husna yang terdapat di dalamnya yaitu sholawat pertama “ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU.”
Sebagian banyak Sholawat Ghoiru Ma’tsuroh mengan-dung berbagai macam ajaran dan bimbingan yang penting-penting. Ada yang mengandung ajaran bidang akhlaq, bidang adab, ajaran tauhid, ajaran haqiqot, ajaran ma’rifat dan ada juga yang mengan-dung ajaran bidang syari’ah. Misalnya Sholawat Masyisyiyah yang disusun Syekh Abdus Salam bin Masyisy berisi ajaran tauhid (BILLAH), Sholawat Burdah disusun oleh Syekh Muhammad Al-Bushairi mengandung dorongan bathin yang menggugah serta menumbuhkan rasa mahabbah dan syauq (rindu) kepada Junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan lain sebagainya.
(Berbagai sumber)
Sabtu, 11 September 2010
Mengapa hanya menyebut nama Muhammad dan Ibrahim dalam shalawat
“Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Teks Arabnya:
اللّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Demikianlah satu diantara bacaan-bacaan shalawat yang telah dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya. Dan masih ada banyak lagi bacaan shalawat yang dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam.
Bayangkanlah betapa terlalu panjangnya doa shalawat kita seandainya mesti menyebut nama nabi (dan nama orang-orang saleh lainnya) dalam shalawat: “Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Adam dan keluarganya, Nabi Idris dan keluarganya, Nabi Nuh dan keluarganya, … [sebut satu demi satu sampai], Nabi Isa dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Adam dan keluarganya, Nabi Idris dan keluarganya, Nabi Nuh dan keluarganya, … [sebut satu demi satu sampai], Nabi Isa dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
(artinya): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (Al Ahzab: 56)
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
Jadi, keluarga yang paling utama ialah keluarga Ibrahim, kemudian keluarga Imran. Sementara itu, keluarga Imran itu sendiri merupakan keturunan dari keluarga Ibrahim. Dengan demikian, dalam penyebutan “keluarga Ibrahim” itu, “keluarga Imran” pun sudah tercakup. Oleh karena itu, tepatlah penyebutan “keluarga Ibrahim” dalam shalawat.
Teks Arabnya:
اللّهُمَّ صّلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، اللهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Demikianlah satu diantara bacaan-bacaan shalawat yang telah dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam kepada umatnya. Dan masih ada banyak lagi bacaan shalawat yang dituntunkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassallam.
tolong kasih tahu tentang kenapa [shalawat yang dituntunkan] dalam bacaan shalat hanya menyebutkan nama nabi muhammad dan nabi ibrahim sajaSebab, sebagaimana disebutkan oleh al-Albani dalam kitab Sifat Shalat Nabi, yang dituntunkan kepada kita adalah “berdoa dengan kata-kata yang pendek, tetapi isinya sangat luas.“
Bayangkanlah betapa terlalu panjangnya doa shalawat kita seandainya mesti menyebut nama nabi (dan nama orang-orang saleh lainnya) dalam shalawat: “Ya, Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Adam dan keluarganya, Nabi Idris dan keluarganya, Nabi Nuh dan keluarganya, … [sebut satu demi satu sampai], Nabi Isa dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Adam dan keluarganya, Nabi Idris dan keluarganya, Nabi Nuh dan keluarganya, … [sebut satu demi satu sampai], Nabi Isa dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Mengapa kita melantunkan doa shalawat terhadap Nabi Muhammad?Sebab, Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
(artinya): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya.” (Al Ahzab: 56)
Selain itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda (artinya): “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali saja, niscaya Allah akan membalasnya dengan shalawat sepuluh kali lipat.” (H.R. Al Hakim dan Ibnu Sunni, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’)
Lantas, mengapa nama nabi yang disebutkan bersama dengan Muhammad itu ialah Ibrahim, bukan Nuh, Musa, Isa, atau yang lainnya?Dalam hal ini, perlu kita perhatikan bahwa penyebutan nama Ibrahim dalam shalawat itu tidak sendirian, tetapi menyertakan keluarganya. Kita tahu, keluarga Ibrahim itu sudah menerima shalawat dan barakah yang luar biasa dari Allah Ta’ala. Bahkan, dapatlah kita katakan bahwa keluarga Ibrahim itu lebih utama daripada segala keluarga lainnya.
Benarkah keluarga Ibrahim merupakan keluarga yang paling utama di segala zaman?Ya, keluarga nabi Ibrahim adalah keluarga yang istimewa yang kisahnya digelar oleh seluruh kitab suci dari masa ke masa. Keistimewaan keluarga Ibrahim –’Alaihis salam– membuatnya terpilih oleh Allah Ta’ala di antara sekian banyak keluarga manusia di segala zaman seperti tersebut di dalam surah Ali Imran [3]: 33, “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran [melebihi segala ummat] di alam semesta.“
Jadi, keluarga yang paling utama ialah keluarga Ibrahim, kemudian keluarga Imran. Sementara itu, keluarga Imran itu sendiri merupakan keturunan dari keluarga Ibrahim. Dengan demikian, dalam penyebutan “keluarga Ibrahim” itu, “keluarga Imran” pun sudah tercakup. Oleh karena itu, tepatlah penyebutan “keluarga Ibrahim” dalam shalawat.
Minggu, 05 September 2010
Pengertian sholawat.
![]() |
Sholawat adalah lafadh jamak dari kata Shalat. Sholawat merupakan bahasa arab yang berarti do'a, rahmat dari Tuhan, memberi berkah dan ibadat.
Kalau shalawat itu dilaksanakan oleh hamba kepada Allah, maka maksudnya hamba itu menunaikan ibadah atau berdo'a kepadaNya, tetapi kalau Allah bersholawat atas hambanya, maka sholawat dalam hal ini artinya adalah bahwa Allah mencurahkan rahmatNya(Allah melimpahkan berkahNya).
Dengan demikian sholawat Allah kepada hambaNya dibagi dua, yaitu khusus dan umum.Sholawat khusus, ialah sholawat Allah kepada rasulNya, para nabiNya, istimewa sholawatNya kepada Nabi Muhammad SAW, sholawat umum ialah sholawat Allah kepada hambaNya yang mu'min.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa arti kata sholawat Allah kepada Nabi Muhammad SAW ialah memuji Muhammad, melahirkan keutamaan dan memuliakannya, memperdekatkannya beliau Muhammad kepada diriNya (Allah).
Adapun pengertian sholawat malaikat kepada Nabi saw, adalah memohon kepada Allah supaya Allah mencurahkan perhatiannya kepada nabi, memohonkan ampun.
Pengertian sholawat dari orang mu'min kepada Nabi SAW berarti doa supaya beliau Nabi saw diberi rahmat, mengakui kerasulannya serta memohon kepada Allah melahirkan keutamaan dan kemuliaannya yang pada gilirannya mengakui bahwa agama yang dibawa nabi Muhammad sebagai agama yang mulia diatas agama yang lain dan melahirkan kemuliaan beliau SAW di atas kemuliaan nabi-nabi yang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa bersholawat artinya:
- apabila sholawat dari Allah berarti member rahmat;
- Sholawat dari malaikat berarti memohonkan ampun;
- Sholawat dari orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat seperti perkataan "ALLAHUMMASHOLLI ALAA MUHAMMAD" artinya : Ya Allah , limpahkanlah rahmat atas Nabi Muhammad saw"
Dalam perkembangannya, sholawat banyak macamnya serta banyak pula keutamaan,manfaat, faedah serta berkahnya.
sholawat ibrohimiyah
Khasiat fadhilah dan manfaat Sholawat Ibrohimiyah:
Sholawat ini terdapat dalam bacaan tasyahud akhir shalat.
Imam Nawawi berkata: Bahwa Sholawat ini dinamakan sholawat Ibrahimiyah karena sholawat tersebut merupakan bentuk sholawat yang paling utama, banyak menimbulkan pengaruh yang besar sekali apabila dibaca tiap-tiap harisecara istiqomah, terutama, bagi yang mempunyai keinginan besar untuk menunaikan ibadah haji, maka perbanyaklah membaca sholawat ini secara istiqomah, karena sholawat ini diajarkan oleh Rasuluuah saw. Adapun kalimatnya yaitu :
ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIMA WA’ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAHIIA WABAARIK ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA ’ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINA IBRAAHIMA, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN.
Artinya : Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberi kasih sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya diantara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Langganan:
Postingan (Atom)